Tetap Taat Etika
Kecerdasan buatan memberi warna baru dalam industri media dan jurnalisme. Salah satunya dalam proses ideation sebuah konten. Namun, teknologi ini bisa menjadi pisau bermata dua sehingga harus digunakan dalam koridor etika bermedia.
Di tengah perubahan yang begitu cepat dalam pola konsumsi konten dan persaingan ketat antarplatform, AI membantu perusahaan media dan jurnalisme untuk memahami audiens mereka dengan lebih baik. AI yang dipadukan dengan big data bisa memberikan referensi yang komprehensif dalam menyajikan konten yang relevan dan meningkatkan efisiensi operasional. Dari sisi pemasaran, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk menciptakan iklan yang semakin tepat sasaran terhadap target konsumen.
Di Indonesia, setahun belakangan, pemanfaatan AI di media sudah masuk ke ranah presenter. TV One, misalnya, menghadirkan presenter berita berbasis AI yang disiarkan melalui jaringan media sosial dan program Kabar Siang. Boleh dibilang, TV One menjadi stasiun TV pertama yang menggunakan presenter AI.
Sementara itu, berdasarkan data Horizon Grand View Research, tren penggunaan AI secara global di industri media jurnalistik maupun entertainment mulai terlihat sejak tahun 2018. Kala itu, AI mampu mendorong pendapatan bisnis media sebesar US$ 3,74 juta. Angkanya kemudian meroket dengan eksponensial pada tahun 2022 di mana pendapatan uang mencapai US$ 14,8 juta. </
MarketeersMAX
Anda harus berlangganan lebih dulu untuk mengakses semua konten premium ini. Apabila Anda sudah berlangganan, silakan klik tombol Login.